Oleh: Dr. Chris D. Meletis
Apakah Anda memiliki berat badan yang ideal?
Meskipun terdapat beberapa pengecualian, ada beberapa dasar diet dan kesehatan untuk mengoptimalkan kesuburan yang tidak boleh diabaikan. Mempertahankan berat badan yang sehat adalah salah satunya. Sel-sel lemak dapat meningkatkan kadar estrogen, oleh karena itu memiliki terlalu sedikit lemak(kurus) atau terlalu banyak lemak (gemuk) bisa menganggu keseimbangan hormon dan berdampak negatif pada kesuburan.
Salah satu cara untuk menentukan apakah berat badan Anda ideal dengan menghitung Body Mass Index (BMI) Anda. Untuk menentukan BMI Anda, gunakan persamaan berikut:
Rumus BMI = (BB) / [(TB) x (TB)]
Ket:
BB = berat badan
TB = tinggi badan
Tujuan umum dalam mengukur BMI adalah untuk menargetkan indeks massa tubuh ideal untuk orang Indonesia yang berkisar antara 18.5 sampai 25.
Jadi, jika Anda mendapati BMI Anda berada di luar dari angka tersebut, maka Anda harus mengambil langkah untuk menurunkan atau menaikkan berat badan yang memiliki dampak positif pada kesuburan Anda.
Kita juga tahu bahwa tipe tubuh seseorang tidak selalu berkaitan dengan asupan kalorinya. Sebaliknya, berat badan dan jumlah lemak tubuh dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk alergi makanan, disbiosis (ketidakseimbangan antara bakteri yang bersahabat dan yang berbahaya), pembengkakan, faktor genetik yang menyebabkan penyakit diabetes, dan stres. Kabar baiknya adalah bahwa hasil dari penelitian selama 8 tahun terhadap lebih dari 17.000 perawat menunjukkan bahwa hanya dengan membentuk pola makan yang baik seperti menghindari makanan olahan dan memiliki indeks glikemik (GI) yang tinggi, serta mengkonsumsi banyak sayuran segar dapat membantu meningkatkan kesuburan dan kesehatan reproduksi.
Berikut adalah beberapa panduan untuk mengonsumsi makanan pendongkrak kesuburan yang optimal:
Makan Makanan Rendah dengan Indeks Glikemik (GI) Rendah
Indeks glikemik adalah metode untuk menentukan peringkat makanan berdasarkan pengaruh makanan terhadap kadar gula darah. Secara umum, makanan dengan indeks glikemik rendah dicerna tubuh menjadi gula darah dengan lebih lambat, sedangkan makanan dengan indeks glisemik tinggi menyebabkan kenaikan kadar gula darah yang cepat. Dalam studi Kesehatan Perawat yang disebutkan di atas, wanita dalam kategori pengonsumsi makanan dengan indeks glikemik tertinggi memiliki resiko mengalami infertilitas lebih besar dibandingkan dengan wanita yang menjalankan diet indeks glikemik. Kuncinya di sini adalah hindari makanan bergula yang melonjakkan glukosa darah. Makanan dengan kadar glikemik rendah termasuk makanan yang kaya serat, seperti biji-bijian, sayuran, buah, dan kacang-kacangan akan mengendalikan gula darah Anda. Bukan hal yang mengejutkan lagi bahwa minuman manis (termasuk jus buah), permen, pasta, dan nasi putih termasuk kelompok makanan dengan indeks glisemik tinggi.
Hindari Lemak Trans
Ingatlah untuk menghindari margarin karena mengandung lemak trans dan hindari gorengan yang digoreng dengan minyak yang akan mengalami proses degradasi saat dipanaskan kembali. Saat memasak dengan minyak, minyak tersebut seharusnya tidak sampai berasap, bila sampai berasap, berarti minyak tersebut memiliki panas yang terlalu tinggi (over heat) yang tidak baik untuk kesehatan.
Apakah ini waktu yang tepat untuk tidak melakukan diet rendah lemak?
Saran diet yang biasanya Anda dengar dari seseorang yang mengklaim dirinya sebagai pakar kesehatan terkadang membingungkan dan bahkan menyesatkan. Contoh kasus: Diet rendah lemak. Setelah disebut-sebut sebagai kunci penurunan berat badan yang baik, penelitian sekarang menunjukkan beberapa kendala ketika mengkonsumsi terlalu sedikit lemak. Ditambah, makanan rendah lemak dapat menurunkan kesuburan Anda. Dalam studi Kesehatan Perawat, mengasup satu porsi makanan olahan dan satu gelas susu berlemak dalam 1 hari dapat mengurangi kemungkinan terjadinya masalah ketidaksuburan yang berkaitan dengan gangguan ovulasi.
Campurkan Sumber Protein Anda dan Batasi Kelebihan Protein
Studi Kesehatan Perawat menunjukkan bahwa asupan protein berlebih dapat menurunkan kesuburan. Secara khusus, penelitian ini menunjukkan bahwa mengkonsumsi lebih dari 77 gram protein per hari dapat menurunkan kesuburan, dan wanita dengan asupan protein tertinggi sebanyak 41% lebih mungkin mengalami infertilitas dibandingkan dengan kelompok yang mengkonsumsi protein dengan jumlah terendah. Perlu dicatat bahwa wanita yang mendapatkan persentase lebih besar dari protein yang berasal dari non-hewani sebenarnya mengalami peningkatan kesuburan. Jadi, jika Anda mengganti 25 gram protein hewani dengan 25 gram protein nabati, hal ini mungkin bagi Anda untuk mengalami resiko infertilitas 50 persen lebih rendah. Secara praktis, cukup mengganti porsi daging Anda setiap hari dengan kacang polong, kacang kedelai, atau tahu yang dapat meningkatkan kesuburan Anda.
Konsumsi telur
Saya mendorong semua pasien untuk mengonsumsi telur karena dalam kuning telur terdapat sumber kolin yang kaya akan nutrisi penting untuk kualitas sel di seluruh tubuh.
Konsumsi vitamin prenatal
Untuk memulai program kehamilan Anda, sangat direkomendasikan untuk mengkonsumsi suplemen dengan asam folat yang terbukti membantu mencegah cacat tabung saraf. Saya merekomendasikan pasien saya untuk mengkonsumsi asam folat, zat besi, dan yodium, ditambah dengan zat-zat yang berguna bagi nutrisi janin. Zat besi sangat penting karena ketika Anda kekurangan zat besi, kesuburan Anda akan menurun dan begitu Anda hamil, tubuh Anda memerlukan zat besi tambahan untuk membantu bayi Anda tumbuh. Selain zat besi, yodium juga merupakan vitamin prenatal yang penting untuk perkembangan otak bayi.
Tetap Terhidrasi dengan Air
Saya mendorong pasien saya untuk meminum air yang cukup untuk mendorong kesuburan. Saat mencoba hamil, baik pria dan wanita ingin menyimpan cairan untuk kesuburan mereka. Hindari minum dari botol air plastik yang mengandung phthalate dan BPA, bahan kimia yang bertindak sebagai penghambat hormon. Idealnya, saya merekomendasikan agar pasien meminum air yang bebas klor dan fluoride dan yang telah mengalami proses ultra filtrasi dan reverse osmosis. Minum air murni seperti spring water juga merupakan pilihan yang sangat baik untuk tetap terhidrasi. Hindari jus buah dan minuman bersoda mengandung gula darah yang menyebabkan menurunnya kesuburan.
7 Panduan untuk Diet Anda:
Studi Kesehatan Perawat memberikan banyak informasi tentang dampak diet terhadap kesuburan wanita dan kesehatan reproduksi. Sebagian besar informasi ini dapat disuling menjadi 7 saran diet yang mudah diterapkan yang dapat membantu Anda mencapai tujuan kesuburan Anda.
Jangan makan terlalu banyak protein, targetkan sekitar 25 persen protein Anda yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Gunakan minyak yang sehat dan hindari makan makanan gorengan dan yang mengandung lemak trans.
Tambahkan beberapa susu full-cream (berlemak) ke dalam menu makanan Anda.
Makan telur untuk menunjang sel telur Anda.
Kurangi makanan bergula dan karbohidrat dengan Indeks Glikemik tingi (seperti roti putih). Tinjau ulang kembali makanan anda saat ini berdasarkan indeks glikemik rendah.
Minum banyak air putih.
Mengkonsumsi suplemen kesuburan (kasih link ke:
http://www.wishingbaby.com/fertilaid-for-women/ ) yang mengandung asam folat, zat besi, dan yodium.
Fertility Talk: Fertility and Food
About Dr. Meletis
Dr. Meletis is an internationally recognized naturopathic physician, an accomplished author, and respected educator in the field of natural medicine. Dr. Meletis was honored as a ‘Naturopathic Physician of the Year’ by the American Association of Naturopathic Physicians for his commitment to education and helping those in need. His mission is simply, “changing the world’s health, one person at a time”.
He has authored 14 books on subjects ranging from natural medicine interactions to fertility enhancement and has published over 80 articles in publications such as Natural Health andNatural Pharmacy. Dr. Meletis has served as the Dean of Naturopathic Medicine and Chief Medical Officer for the National College of Naturopathic Medicine (NCNM) for seven years and later as the school’s Senior Science Officer. He sits on several medical advisory boards and has worked with Oregon Health and Science University on a grant from the National Institute of Health to further educate MD graduates on natural medicine.